Minggu, 09 September 2007

Rekor Barmain Angklung di Bandung

Dalam hal kebudayaan Indonesia memang nomer 1 di dunia.
Kita boleh kalah dalam hal sepak bola, tapi corak ragam budaya adalah nomer 1 di dunia. Dies Natalis UNPAD ke-50 tanggal 27 Agustus 2007, memecahkan rekor MURI (dan mungkin rekor dunia) “bermain angklung dengan jumlah peserta terbanyak (10.000 orang) dan jumlah permainan angklung oleh Guru Besar terbanyak.”

Acara ini didukung oleh Saung Angklung Udjo, dan dihadiri oleh Mentri Kebudayaan dan Parawisata Ir. Jero Wacik, Gubernur Jawa Barat, para Guru Besar Universitas Padjadjaran dan beberapa artis Ibukota.
Acara dipandu oleh MC Daan Arya yang juga merupakan alumni Universitas Padjadjaran.
Pemecahan Rekor MURI ini juga sebagai penegasan bahwa kesenian angklung adalah milik bangsa Indonesia. Dan sekaligus menolak klaim dari sebuah Negara yang ingin merampas hak atas kepemilikan kesenian angklung ini.

Seni angklung modern adalah hasil karya (Alm) Daeng Sutigna (1938), yang mengembangkan angklung pentatotis menjadi diatonis, yang kemudian dilestarikan selanjutnya oleh Udjo Ngalagena.

Jero Wacik menegaskan, sertifikat dari UNESCO atas kepemilikan kesenian angklung ini harus dimiliki oleh bangsa Indonesia, jangan sampai didahului oleh Negara lain.

Anda tahu bagaimana bentuk angklung buhun (tua / kuno)?. Pada acara ini juga ditampilkan bentuk angklung buhun, yang mempunyai ukuran lebih besar daripada angklung modern.

Dipimpin oleh teh Ika yang siang itu terlihat sangat cantik, dengan komando-komandonya yg sesekali menghibur sangat membuat cerah suasana. Bermain angklung memang menyenangkan, nada diatonis benar-benar menghibur dan menghipnotis. Bahkan terlihat dari wajah para Guru Besar begitu sumringah ketika menggoyang buluh2 bambu seakan mengingatkan masa kecil yang membahagiakan.

Walaupun para pemain adalah orang yang baru kali ini saja memainkan angklung tapi karena permainan ini begitu mudah dan menyenangkan, maka hanya dengan berlatih dadakan 1-2 lagu, dan dengan dipandu dengan sangat baik oleh teh Ika dan kang Sam, maka seketika juga para pemain angklung yang berjumlah lebih dari 10000 pemain itu bisa dengan sangat merdu memainkan sebuah lagu “You raise me up” yang pernah dipopulerkan oleh Josh Groban.

Alat musik angklung selain unik, juga sangat luwes. Ini juga merupakan cerminan dari luwesnya kebudayaan dan orang sunda.

Satu demi satu lagu kemudian dimainkan oleh para peserta, Indonesia pusaka, begitu menggetarkan jiwa dan keharuan. Seakan nada-nada yang merdu tersebut serasa merambat pelan di dalam aliran darah dari kaki hingga sel-sel neuron sehingga merinding bulu kuduk ketika mendengarnya.
Acara ini kemudian ditutup dengan sebuah lagu dari sunda, Pileuleuyan. Ungkapan perpisahan dari sebuah pengalaman tak terlupakan...

Pileuleuyan pileuleuyean..
Sapu nyere pegat simpai
Pileuleuyan pileuleuyean..
Paturay patepang deui..
Amit mundur .. amit mundur
Amit ka jalma nu rea
Amit mundur .. amit mundur
Da kuring arek ngumbara


Bandung, 27 Agustus 2007

2 komentar:

  1. wilujeung wayah kieu kang...alah Nuhun pisan parantos kersa rurumpah ka blog simkuring nu butut hehe

    muhun urang sami2 diajar ngamumule basa sunda.

    hayu atuh urangngadubako di www.ngariung.com kang, diantos pisan kasumpinganana

    BalasHapus
  2. wualah... geulisss... hatur nuhun tos nyemah ka blog ieu ... mung hampura weh da nembean didamelna.
    jadi masih kararosong saungna.

    www.ngariung.com... sae pisan tah forum na... engke akang nyusul kadinyah.. ngke.. nyisiran kumis heula.. hehehe

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.